News

GINSI Dorong Optimalkan NLE

×

GINSI Dorong Optimalkan NLE

Sebarkan artikel ini

kabarlaut.id – Wakil Ketua Umum bidang Transportasi dan Logistik BPP Gabungan Importir Nasional Indonesia (GINSI) Erwin Taufan, mengemukakan kegiatan erdagangan antara negara dan Foreign Direct Investment (FDI) menjadi hal penting karena perannya sebagai instrumen untuk pertumbuhan ekonomi.

Hal ini juga memungkinkan suatu negara mengonsumsi jasa yang lebih murah berdasarkan keunggulan komparatifnya serta meningkatkan potensi pada biaya logistik yang rendah, waktu transportasi makin singkat, serta penambahan peluang kerja ataupun pertumbuhan dunia bisnis.

Karenanya, Taufan menegaskan bahwa, implementasi National Logistic Ecosystem (NLE) secara konsisten menjadi solutif mengurai benang kusut kendala arus barang dan logistik saat ini.

“Demi menyukseskan NLE juga perlu kolaborasi antar pebisnis dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di sektor industri tersebut,” ucap Taufan pada Jumat (28/6/2024).

Disisi lain, ujar Taufan, efisiensi waktu pengiriman (delivery) kargo mendorong produktivitas dunia usaha yang berpengaruh positif pada daya saing nasional. Alhasil, kombinasi produktivitas dan daya saing, juga mendorong tumbuhnya perekonomian.

Kinerja ekonomi nasional juga didorong oleh leading sectors, seperti Industri, Perdagangan, Pertanian, Pertambangan, hingga Konstruksi.

Adapun lapangan usaha industri, tercatat masih memberikan kontribusi terbesar dibandingkan lapangan usaha lainnya.

“Dalam kondisi itu inline dengan komposisi impor nasional yang masih didominasi bahan baku penolong. Alhasil, proses logistik berupa kelancaran pasokan bahan baku maupun hasil produksinya harus maksimal,” ucap Taufan.

Namun sayangnya, hingga kini, kinerja logistik nasional memang belum berada di posisi yang ideal saat ini.

Pasalnya, World Bank atau Bank Dunia merilis Logistics Performance Index (LPI) Indonesia pada 2023, di peringkat 63 dengan nilai 3.0.

Biaya logistik nasional pun masih tergolong tinggi, yaitu 14,29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Dia mengatakan, penguatan konektivitas dan transportasi serta infrastruktur teknologi dan informasi atau TIK memiliki kaitan erat dengan kinerja logistik.

Pembangunan jalan, jembatan, bandara, dan pelabuhan diperkuat dengan penyediaan titik akses internet hingga Digital Broadcasting System (DBS).

“Semestinya, pembangunan infrastruktur tersebut dapat dimaksimalkan dengan pelaksanaan National Logistics Ecosystem (NLE),” paparnya.

Sebab, kata Taufan, NLE menjadi salah satu langkah strategis pemerintah dalam menghadapi tantangan kinerja logistik sebagaimana Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2020.

NLE merupakan sebuah platform digital layanan logistik hulu ke hilir dengan kolaborasi Kementerian/Lembaga (K/L), perusahaan terkait, serta pelaku logistik.

Kolaborasi digital dalam satu platform (NLE), juga akan memastikan kelancaran pergerakan arus barang ekspor dan impor, maupun pergerakan arus barang domestik, baik antardaerah dalam satu pulau, maupun antar pulau.

Selain itu, NLE berfungsi untuk menyederhanakan proses bisnis layanan pemerintah di bidang logistik, mengkolaborasikan sistem layanan logistik swasta baik domestik maupun internasional, memudahkan transaksi pembayaran penerimaan negara dan fasilitasi pembayaran antar pelaku usaha logistik, dan penataan tata ruang pelabuhan dan jalur distribusi barang.

Terobosan NLE berupa layanan Sistem Pelayanan Online Satu Pintu alias Single Submission (SSm), yang terus dikembangkan oleh Lembaga National Single Window (LNSW). Layanan seperti SSm Pengangkut, SSm Perizinan, dan Single Submission Quarantine Customs (SSm QC/SSm Pabean Karantina) berhasil memangkas tahapan proses bisnis, mengurangi proses repetisi dan duplikasi dengan satu kali submission, serta mempermudah pengurusan layanan logistik pemerintahan.

“Sebab, dengan memanfaatkan NLE, pelaku usaha tidak perlu lagi mendatangi masing-masing K/L untuk menanyakan regulasi, proses, dan persyaratan kemudahan berbisnis,” ucap Taufan.

Singkatnya, kata dia, tujuan pembangunan NLE adalah agar proses melakukan bisnis di Indonesia makin kompetitif, baik dari segi waktu, simplifikasi, kecepatan, dan pada akhirnya dari segi biaya.

“Makanya, semestinya implementasi NLE itu bisa terus di optimalkan,” sergah Taufan.[*]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *