News

Gebrakan Luar Biasa: Pertumbuhan Kilat Industri Logam Dasar, Khususnya Baja, Menyinari Ekonomi Nasional

×

Gebrakan Luar Biasa: Pertumbuhan Kilat Industri Logam Dasar, Khususnya Baja, Menyinari Ekonomi Nasional

Sebarkan artikel ini
Dirjen ILMATE Taufiek Bawazier.

kabarlaut.id – Industri logam dasar, sebagai penopang utama sektor industri, mencatat pencapaian luar biasa dengan pertumbuhan sebesar 10,86% pada Triwulan III tahun 2023.

Seiring dengan perkembangan positif dalam tiga tahun terakhir, industri ini menunjukkan prestasi gemilang dengan pertumbuhan dalam angka dua digit.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE), Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier, saat berbicara pada The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) Business & Forum (IBF), pada Jumat (10/11/2023).

Forum ini dilaksanakan di BSD Tangsel pada tanggal 9-11 November 2023. IBF 2023 merupakan wadah untuk pertukaran informasi dan business matching bagi seluruh pemangku kepentingan industri baja nasional, yang diharapkan mampu memperkuat upaya pembangunan kemandirian industri nasional.

Dirjen ILMATE Kemenperin mengatakan, pada tahun 2020, di tengah puncak pandemi COVID-19, industri logam dasar tetap tumbuh sebesar 5,87%.

“Namun, pada tahun 2021, saat masa pemulihan dari dampak COVID-19, pertumbuhannya melonjak menjadi 15,79%, dan di tahun 2022, industri ini masih mencatat pertumbuhan sebesar 14,80%,” ujarnya.

Taufiek mengungkapkan, pertumbuhan yang signifikan juga tercermin dalam produksi crude steel Indonesia, yang mencapai 15,6 juta ton pada tahun 2022.

Hal ini, imbuhnya, menandakan langkah besar dalam memajukan industri baja nasional. Capaian ini juga memperkuat posisi Indonesia di tingkat global, naik 13 peringkat dari peringkat ke-28 menjadi peringkat ke-15 dalam produksi baja dunia.

Namun, Taufiek menegaskan bahwa sejalan dengan pertumbuhan yang pesat di industri itu, diperlukan juga evaluasi utilisasi sektor industri logam dan baja yang diperkirakan berada di kisaran 70-80%.

“Mengingat perkembangan sektor industri baja belakangan ini, assessment untuk utilisasi perlu dilakukan kembali guna memperoleh informasi yang lebih akurat terkait kemampuan industri baja nasional. Hal ini akan memberikan gambaran lebih komprehensif terkait kontribusi sektor ini dalam perekonomian nasional,” ucapnya.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada tahun 2007 produksi Crude Steel Indonesia 5,2 juta Ton, dan berada di peringkat 28 dunia. Namun di 2022 naik tiga kali lipat menjadi 15,6  juta Ton dan masuk peringkat 15 dunia.

“Pada tahun 2022 produksi crude steel Indonesia naik 4,96 persen jika dibanding tahun 2021,” ujar Taufiek.[*]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *