biKabarlaut – PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) terus melakukan upaya eksplorasi potensi bisnis perusahaan di tahun kedua pasca merger Pelindo.
PT SPSL adalah Subholding BUMN Kepelabuhanan Pelindo.
Salah satu upaya eksplorasi melalui optimalisasi pemanfaatan aset Depo Petikemas di Pelabuhan Panjang.
Dalam pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan aset ini, SPSL melalui anak perusahaan (PT Prima Indonesia Logistik) menjalin kerjasama dengan PT Intercon Terminal Indonesia dalam pengelolaan Depo Petikemas di Pelabuhan Panjang.
Pelabuhan Panjang berada pada titik persilangan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa yang terhubung oleh Selat Sunda.
“Depo Petikemas yang digarap ini sebelumnya merupakan aset idle dengan luas total 15.900 m2, dimana berupa lapangan paving block seluas 8.817 m2 dan sisanya seluas 7.083 m2 dalam proses pematangan lahan serta clearing area. Optimalisasi aset ini merupakan salah satu langkah SPSL untuk mendukung kegiatan logistik yang lebih efektif dan efisien. Hal ini juga sejalan dengan staging dalam roadmap SPSL tahun 2023-2024 yakni fase ekspansi ekosistem.” kata Direktur Utama SPSL, Joko Noerhudha.
Kolaborasi pengelolaan Depo Petikemas seluas 8.817 m2 ini berpotensi untuk menghasilkan throughput sekitar 18.000 TEUs/year. Dalam kolaborasi ini, SPSL Group memberikan layanan berupa lift on / lift off, penumpukan, cleaning petikemas, repairing petikemas, dan trucking (haulage) dari dan ke Terminal Petikemas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia pada bulan Mei 2023 mencapai US$21,72 miliar atau naik sebesar 12,61 persen dibanding ekspor April 2023 dan naik sebesar 0,96 persen dibandingkan dengan bulan Mei tahun 2022.
Sedangkan, Nilai impor Indonesia pada bulan Mei 2023 mencapai US$21,28 miliar atau naik 38,65 persen dibandingkan bulan April 2023 atau naik 14,35 persen dibandingkan Mei 2022.
“Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan potensi kegiatan ekspor serta terciptanya efisiensi rantai pasok produk-produk nasional khususnya di wilayah Panjang kota Bandar Lampung, dan ke depan dapat menciptakan integrasi ekosistem dan efisiensi rantai logistik secara bertahap guna menurunkan biaya logistik dan meningkatkan pertumbuhan perdagangan maupun perekonomian nasional,” tutup Joko Noerhudha.
(wilam chon)